sunbanner

Sokong Pertahanan di Indonesia Profesor ITS Ciptakan Bahan Antiradar

Sokong Pertahanan di Indonesia Profesor ITS Ciptakan Bahan Antiradar

Prof Dr Mashuri SSi MSi ketika melakukan pengukuran reflection loss menggunakan alat Vector Network Analyzer Agilent tipe E 8364C.--

OTOMTIF1.com - Indonesia yang kaya akan sumber daya alam memerlukan teknologi pertahanan yang mandiri untuk meminimalisir ancaman dari pihak luar. Maka dari itu, Guru Besar ke-203 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Mashuri SSi MSi menciptakan bahan antiradar guna menyokong teknologi pertahanan dan keamanan nasional.

Profesor dari Departemen Fisika ITS tersebut menyebutkan bahwa penelitian ini dimulai dari
adanya pesawat asing yang tidak terdeteksi oleh sistem radar saat melintasi Laut Jawa pada tahun 2010 silam.



Menurutnya, kejadian tersebut dapat menjadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia apabila terus dibiarkan terjadi.

“Karena saat itu informasi teknologi antiradar masih terbatas, kami bertekad untuk menginisiasi dan ikut meneliti bahan penyerap gelombang radar,” tutur Mashuri.

Menindaklanjuti hal tersebut, ia bersama tim Laboratorium Material Maju ITS mengembangkan
teknologi antiradar dari bahan-bahan yang tersebar di Indonesia.





×

Pada dasarnya, penyerap gelombang radar dibuat dari bahan magnetik dan dielektrik seperti karbon.

“Secara fisik, permukaan dari antiradar ini dibentuk dengan banyak sudut lancip sehingga gelombang elektromagnetik tidak dapat terpantulkan kembali,” papar lelaki kelahiran tahun 1969 itu.

Lebih rinci, alumnus doktoral Fisika ITS itu menggunakan pasir besi Lumajang dan arang bambu
sebagai bahan untuk membuat teknologi antiradar.


Prof Dr Mashuri SSi MSi ketika menjelaskan orasi ilmiahnya dalam Sidang Terbuka Dewan Pengukuhan Profesor ITS||

Dalam prosesnya, pasir besi dari letusan Gunung Semeru ini disintesis guna mengekstrak serbuk magnetik dalam pasir besi tersebut.

Sementara itu, metode karbonisasi dilakukan pada arang bambu agar terbentuk serbuk reduced
Graphene Oxide (rGO).

Setelah itu, dosen berkacamata ini melakukan uji pengukuran penyerapan gelombang radar
menggunakan alat bernama Vector Network Analyzer. Dengan pita frekuensi 8 hingga 18
gigahertz (GHz), perpaduan kedua material ini mampu menyerap gelombang radar hingga -20
desibel (dB). Angka tersebut menunjukkan bahwa daya serap gelombang radar tersebut
mencapai lebih dari 99 persen.

Mashuri menjelaskan bahwa angka tersebut dapat berbeda apabila komposisi paduan antiradar
dengan cat saat pengaplikasian pada alat pertahanan ini tidak seimbang. Selain itu, faktor
lingkungan pun menjadi hal penting untuk menjaga konsistensi dari daya serap gelombang radar.

“Apabila antiradar ini ingin digunakan pada kapal, tentu harus dipastikan bahwa antiradar yang digunakan memiliki sifat anti korosi,” ujarnya.

Dalam realisasinya, Mashuri mengharapkan bahan antiradar yang baru diciptakan di Indonesia
ini dapat diaplikasikan dalam waktu cepat pada sektor pertahanan dan keamanan nasional.

“Harapannya, kita mampu menguasai dan memiliki pemahaman yang sama dengan negara lain
serta tidak hanya bergantung dari pihak luar,” tandasnya.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya

vidstr