Perkebunan Seluas 120 Ha Ini Disulap Jadi Bandara Sipil Terbesar di Jember, Habiskan Dana Rp 370 Milliar
bandara -matthew/pexels-
Bandara Notohadinegoro juga memiliki sejarah yang menarik.
Bandara ini pernah menjadi tempat pendaratan Gus Dur, Presiden Abdurrahman Wahid, pada tahun 2005.
Sejak saat itu, bandara ini terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat di Jember dan sekitarnya.
Pengelolaan Bandara Notohadinegoro telah diberikan kepada PT Angkasapura, mengingat Pemkab Jember tidak memiliki sumber daya untuk mengelola operasional bandara ini. Ini adalah contoh kerjasama antara pemerintah daerah dan perusahaan yang memiliki keahlian dalam manajemen bandara.
Bandara Notohadinegoro juga memiliki elemen subsidi dalam operasionalnya. Ini terlihat dari rute penerbangan Jember-Kangean dan Sumenep-Jember yang hanya memerlukan biaya Rp250 ribu, sedangkan biaya sebenarnya ditanggung oleh APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Dengan semua karakteristik dan sejarahnya yang unik, Bandara Notohadinegoro di Jember merupakan salah satu bandara sipil pertama di Indonesia, yang memberikan manfaat dan fasilitas penting bagi masyarakat di daerah tersebut dan sekitarnya.